Parenting and Kids · Relationship

Melawan Pikiran Negatif

gandhi quotesPernahkah berada dititik ketika pikiran negatif menguasai kepala? Menjalar ke segala arah, tidak terbendung, menguras energi.

Sayangnya, saya pernah berkutat dengan hal seperti ini, dan terkadang masih mendatangi saya diwaktu yang tidak terduga. Pikiran negatif saya biasanya dipicu oleh hal-hal sepele. Ketika tubuh terlalu lelah, mood yang kurang bagus, ditambah dengan faktor eksternal yang mendukung. Saya pernah uring-uringan seharian, merasa dada kiri perih, dengan isi kepala yang berterbangan kesana kemari. Adalah anak-anak dan suami yang menjadi korban biasanya. Muka yang jutek, nada jawab yang mengesalkan, marah-marah, atau bahkan cuma diam, menjadi respon saya ketika saya sedang berada di titik rendah. Saya menjadi tidak ‘hadir’ dalam momen yang terjadi, membuat saya kurang waspada dan tidak fokus dalam kegiatan keseharian. Contoh jelas pikiran-pikiran buruk saya biasanya berkisar antara merendahkan kemampuan diri sendiri, seperti tidak menjadi ibu yang baik, menyalahkan diri sendiri, ketidakpantasan menjadi istri, dan hal-hal seputar itulah. Semua hanya ada di kepala sendiri. Saya bersyukur luar biasa dengan suami dan anak-anak yang saya miliki. Oleh sebab itu, saya berusaha keras untuk tidak sering tenggelam ketika pikiran negatif itu datang.

Negative Thoughts
Sumber dari sini

Saya mencoba mencari tahu, apakah yang saya alami ini masih berada ditahap normal atau tidak. Saya tidak mau pikiran-pikiran negatif menguasai saya. Saya berusaha melawan walaupun tidak mudah. Saya perbanyak membaca, mencoba mengetahui kenapa hal ini bisa terjadi kepada saya, dan bagaimana cara mengatasinya. Saya tidak mau melulu menjadi budak dari pikiran negatif saya sendiri. Tidak ada untungnya sama sekali. Menuliskan ini juga memerlukan perjuangan, malu rasanya menceritakan hal konyol seperti ini, tapi saya yakin, saya tidak sendirian. Semoga teman-teman yang mengalami apa yang saya alami, bisa menguatkan diri, bangun, dan berjuang, supaya bisa lebih bersyukur dan hadir disetiap momen, ketimbang tenggelam dipikiran negatif sendiri. Dan saya mencoba melakukan hal-hal berikut, setidaknya bisa meminimalisir ketika pikiran negatif mulai datang.

  • Berdiam dan Berdoa.

Ketika pikiran negatif dirasa sudah mulai menampakkan diri. Saya biasanya berdiam sebentar, berdoa memohon kekuatan kepada Sang Pemilik Hidup untuk menguatkan saya. Walaupun mungkin tidak bisa langsung menghilangkan pikiran negatif, tapi saya percaya kekuatan doa, dan bagaimana Ia bekerja dengan rahasia-Nya sendiri.

  • Memikirkan dan menuliskan betapa beruntungnya saya.

Ditengah pikiran negatif yang meraja, saya melawannya dengan berpikir betapa saya bersyukur dengan apa yang saya miliki sekarang. Menuliskannya bahkan jauh lebih baik. Saya membuat daftar apa yang saya syukuri sampai detik sekarang. Suami yang baik, anak-anak yang sehat, rumah yang melindungi, dan bahkan nafas yang dihirup, semua bisa menjadi senjata saya untuk mematahkan dan melawan pikiran-pikiran buruk saya.

  • Mendengarkan lagu.

Di tengah isi kepala yang semrawut, lagu bisa menjadi salah satu penenang buat saya. Walaupun didengar sambil lalu, suara dan nada lagu membuat saya menjadi lebih rileks. Setidaknya, ada suara lain selain suara pikiran negatif yang ada di kepala. Kebetulan jenis lagu kesukaan saya adalah light jazz dan easy listening, jadi lumayan mendukung ketika rusuh di kepala mulai datang.

  • Lakukan ‘Me Time’

Saya masih agak sulit untuk melakukan me time dengan meninggalkan anak-anak karena memang saya tidak menggunakan jasa orang lain untuk menjaga anak-anak. Saya rindu memanjakan diri di salon dengan layanan lengkap seperti yang sering saya lakukan dulu semasa lajang, tetapi memang belum tepat waktunya saja untuk melakukan itu kembali. Saya senang nonton serial kriminal seperti NCIS, Bones, atau Castle. Ketika anak-anak tidur, saya hanya selonjoran di kasur dan menikmati tontonan kesukaan saya. Paling tidak, inilah yang menjadi me time saya.

Kenapa Bisa Terjadi?

Mungkin banyak orang bilang bahwa saya terlalu membesar-besarkan masalah. Ini adalah kali pertama saya menuliskan tentang ‘demons’; saya menyebutnya, secara terbuka, yang hidup di kepala saya sekian lama. Tidak jarang mereka memberi dampak buruk pada saya dan orang-orang sekitar saya. Biasanya hanya saya tumpahkan lewat puisi, ya puisi yang memang menjadi salah satu kecintaan saya, dan mengalir deras jika suasana hati sedang turun. Membuka dan memberanikan diri untuk sengaja menuliskan ini saya pikir adalah juga salah satu cara mengurangi efek pikiran negatif itu. Setidaknya, saya mencoba melawan, enggan untuk menyerah dan kalah.

Saya pun tidak ingat pasti kapan saya mulai benar-benar merasakan efek hebat dari buah pikiran negatif saya ini. Tetapi, sejak melahirkan anak kedua, entah itu faktor hormonal atau bukan, saya merasa lebih mudah sekali terpicu dengan hal-hal sepele. Sedikit saja ada kejadian di rumah, entah itu situasi dengan anak-anak, suami, atau bahkan dengan diri sendiri, bisa mengundang pikiran negatif itu datang. Saya merasa semua menyerang saya secara personal, bahkan kenakalan anak-anak yang dilakukan Abby, membuat saya merasa terpojok dan marah. Saya merasa konyol. Konyol sekali. Padahal mungkin yang dilakukan Abby hanya sekedar tidak mau mandi, atau tidak membereskan mainannya, tapi saya merasa hal itu benar-benar membuat saya kesal dan marah. Saya bergabung disebuah komunitas parenting, dimana artikel yang dituliskan disana terkadang seperti ditujukan tepat kepada saya. Dan artikel ‘Mengapa Aku Menjadi Pemarah?’ ini membantu mengembalikan kewarasan saya soal kemarahan yang belakangan membelenggu.

Saya bukan sok tahu. Saya bukan sok pintar. Toh, saya juga kadang  masih terseret-seret. Tapi saya menolak untuk menyerah. Kenapa hal ini bisa terjadi? Hanya kita yang tahu jawabannya, dan kita sendiri yang bisa menyelesaikannya, baik sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Apapun akar dan sumber pikiran-pikiran negatif kita, hanya kita sendiri yang benar-benar tahu. Hanya kita sendiri yang memegang kunci bagaimana memaafkan diri sendiri atau orang lain yang mungkin telah meninggalkan luka sedemikian dalam di batin kita.

free your mind

12 thoughts on “Melawan Pikiran Negatif

  1. kamu ga sendiri mbak.. akupun sering bgt ngerasain gitu -__-.. terlalu cepet marah ama anak, si kaka berantakin rumah, aku marahnya udh kayak si kaka ngeledakin bom molotov dlm rumah .. ujung2nya berantem ama suami krn dia ga prnh suka kalo aku bentak2 anak.. sampe skr pun aku msh berusaha juga utk bisa jd lbh sabar, jd lbh bisa mngontrol amarah, ga terpengaruh ama pikiran2 negativ :(.. yg paling ampuh buatku sih memperbanyak zikir.. kalo udh gitu, perasaan nyesel biasanya lgs dtg, kenapa td sampe segitunya marahin anak :(.. moga2 ya mbak, kita bisa lbh melawan lagi semua yg jelek2 ini 🙂

    Like

    1. Hi mba fanny…
      Bener banget. Yang jadi korban justru orang2 terdekat kita. Semoga kita selalu dikuatkan yaaa..
      Semangat!

      Like

  2. iya setuju mba… pikiran negatif itu memang harus dilawan dan kalau diikuti dia emang bisa jadi candu. Kalau saya salah satu cara menghindarinya dgn selalu berada dekat org2 berpikiran postif biar ga ketularan aura negatif, berdiam dan membaca juga berguna…

    Like

  3. saya juga sering begitu mbak.
    biasanya krn hal yg terjadi krn ga sesuai dg harapan saya.
    akhirnya saya berusaha bersyukur & sambil mengedepankan pikiran2 logis saya untuk mengendalikan amarah dan emosi saya

    Like

    1. Betul mba… menghitung berapa banyak berkat yang kita punya, benar2 membantu untuk menjauhkan diri dari pikiran negatif.

      Like

  4. Selama ini sih dengerin lagu sama me time selalu berhasil, sy jg soalnya gamau terlalu lama ada di lumpur nethink. Yang makin dipikirin malah makin jadi gak karuannya.

    Like

Leave a reply to Susan. Cancel reply